Belajar Bahasa Indonesia di sekolah membahas 4 aspek yaitu mendengar, atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis ditambah sastra. Pertama saya mempelajari bahasa Indonesia terbayang betapa sulitnya karena aku tidak bisa mendengar.
Kesulitan itu terpecahkan ketika aku belajar bahasa Indonesia dengan guru privatku memberi semangat bahwa aku bisa berbicara, membaca, menulis dan menyimak. Aku mengalami kehilangan pendengaran sejak kecil akibatnya aku tidak bisa mendengar. Bukan masalah, aku bisa menyimak pembicaraan orang lain dengan melihat gerak bibir. Dari menyimak inilah, awalnya aku merasa bahagia karena bisa memahami pembicaraan orang lain.
Dapat menyimak pembicaraan orang lain ternyata membuatku bahagia dan terdorong untuk berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain. Sedikit demi sedikit kosa kataku bertambah banyak.
Untuk menambah kemampuan berkomunikasi, aku harus banyak membaca komik, novel, majalah dan koran. Ketika membacanya, aku menemukan kosa kata yang dianggap sulit, aku berusaha bertanya kepada guru atau orang tuaku. Guruku selalu mengajarkan kepadaku bahwa aku mempunyai sahabat yang setia dan selalu membantuku dalam memecahkan masalah. Sahabatku itu "Kamus Besar Bahasa Indonesia". Semua masalah dapat terpecahkan. Aku semakin semangat untuk belajar bahasa Indonesia. Apalagi ketika orang-orang dan teman-temanku memuji kemampuanku berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan ucapan yang jelas, aku termotivasi untuk mengeksplor menggali informasi.
Aku belum merasa puas dengan kemampuan yang kumiliki, aku mencoba menulis tentang kehidupan dan lingkunganku. Setiap aku menulis pengalaman hidupku, aku tunjukkan kepada orang tua atau guru privatku untuk mendapat koreksi dan perbaikan. Orang tuaku dan guruku tidak pernah menyalahkan hasil pemikiranku. Beliau terus mendorongku untuk menulis dan menulis. Bayangan betapa sulitnya belajar bahasa Indonesia telah terhapus dari pikiranku.
Suatu hari aku mengikuti lomba mengarang tentang kehidupanku sebagai anak tunarungu. Aku memilih judul " Menggapai Bintang dalam Kesunyian ". Waktu itu lawanku ABK (anak berkebutuhan khusus) tingkat SMP dan SMA sekolah inklusi se-Provinsi DIY. Alhamdulillah, aku berhasil meraih juara pertama, juara kedua dimenangkan oleh siswa SMA Muhammadiyah 4 yang menyandang tunanetra. Aku sangat bersyukur kepada Allah SWT telah memberi kesempatan mengikuti lomba mengarang tingkat provinsi. Aku merasa senang belajar bahasa Indonesia. Kini belajar bahasa Indonesia semakin mudah dan menyenangkan karena aku bisa bekerja sama dengan Google dalam internet selalu menyambut kedatanganku.
0 komentar:
Posting Komentar